Saatnyasantai.com berisi artikel artikel ringan dan luas yang akan membawa setiap pembacanya merasakan sensasi "santai" yang begitu dalam, membuat rileks dan melupakan sejenak penatnya kehidupan yang melelahkan (emang begitulah kehidupan di dunia), Nikmati artikel, gambar, dan video yang ada di blog ini sambil mencicipi atau menghirup makanan serta minuman yang anda buat. setelah kembali bersemangat silahkan kembali ke rutinitas anda,selamat menikmati. ;-)
Sukses itu hak setiap orang...barang siapa yang mau sukses berprilakulah seperti orang sukses Lagi santai?? INGAT"saatnyasantai.blogspot.com"

Saatnyasantai.blogspot.com Harga, cabai sekarang ini benar-benar tengah melambung serta membikin para petani banjir rezeki. Di balik tersebut, mereka pula di hantui maraknya perbuatan mencuri cabai di sawah. Tiap hari, malahan di antara hitungan jam, harga cabai di pasaran semakin melambung. Macam sayuran berbentuk lonjong panjang berukuran kecil tersebut sekarang ini tengah merupakan buah bibir di lingkungan ibu rumah tangga. 

Betapa tidak, harga ”emas merah” tersebut sekarang ini tengah terletak di puncak serta susah buat merangkak turun. Untuk lingkungan petani cabai di Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, melambungnya harga cabai sama seperti berkah. Harganya yang sekarang ini di pasaran mencapai Rp80 ribu per kg itu sudah memecahkan rekor harga cabai sepanjang dekade. Cabai yang acapkali merupakan sayuran tanpa harga, sekarang ini merupakan primadona. 

Desa Suru adalah salah satu desa penyumbang cabai terbesar. Di desa tersebut saja, sekira 60 persen warganya menanam cabai. Mereka sendiri tidak menduga bila komoditi rutin tanam tiap musim tersebut bakalan menguasai posisi harga tertinggi. Ya, petani sendiri menganggap bila harga cabai sekarang ini tidak pernah mereka bayangkan. 

Sebut saja Kusdi Wibowo (37), salah satu petani cabai asal Dusun Suru. Puluhan tahun menanam cabai, baru kali ini ia merasakan harga yang dahsyat. Dalam ingatannya, harga tertinggi sebelumnya dicapai tahun 1998 silam. Saat itu, harga cabainya dibeli dengan harga Rp23 ribu per kilogram. ”Saya tidak tahu, kenapa sekarang harga cabai sangat tinggi,” aku Kusdi. 

Dua hari lalu, ia sempat memanen sekitar 25 kilogram cabai dari lahan sawahnya yang luasnya sekitar 1,2 hektar. Cabai yang tak genap sekarung kecil itu ia tukarkan dengan uang jutaan rupiah kepada tengkulak. ”Hampir Rp2 juta rupiah. Karena per kilogramnya laku Rp70 ribu. Padahal tahun lalu, harganya hanya Rp4 ribu per kilogram,” ucapnya sembari bersyukur. 

Saking tingginya harga cabai, ia tak kuat menunggu buah cabainya matang. Bahkan dalam kondisi masih hijau, ia tetap saja memetiknya untuk segera bisa ditukar dengan rupiah. Benar saja, meski masih hijau, harga cabainya masih saja tetap ”pedas”. 

”Cabai yang masih hijau seperti ini dibeli tengkulak dengan harga Rp35 ribu per kilogram,” katanya sembari menunjuk buah cabai yang masih hijau berukuran sedang.Namun, seminggu ini ia mulai tak tenang dengan tanaman cabainya. Sejak harga cabai melambung, kasus pencurian membayangi desanya. Bukan pencurian sepeda motor atau uang seperti yang umumnya terjadi. Kini, tanaman cabai di sawah menjadi incaran pencuri. ”Sudah tak terhitung berapa kali pencurian cabai terjadi,” ungkapnya. 

Dia tak lantas menyerah. Seperti yang dilakukan petani cabai lainnya, ia berupaya agar tanaman cabainya itu tak menjadi sasaran pencuri. Beberapa hari ini ia rela tidur di sawah hanya untuk mengamankan asset berharganya itu. ”Tak hanya buahnya saja yang dicuri. Bahkan batang tanamannya juga dicabuti,” tambahnya. 

Mualimin, 62, adalah salah satu korban mahalnya cabai. Seminggu lalu, ia dikagetkan dengan kondisi tanamannya yang tiba-tiba menjadi jarang. Di lahan seluas sekitar 1 hektar sewaannya itu, ia mendapati ribuan batang tanaman cabainya yang hilang. ”Tak hanya yang berbuah. Yang masih menjadi bibit juga dicuri,” kata Mualimin. 

Ia sadar jika pencurian buah cabai itu terjadi lantaran harganya yang tak kompromi. Namun ia tak habis pikir kenapa para pencuri itu juga mencabuti bibit cabai yang baru berukur sebulan miliknya. ”Ternyata, itu juga laku dijual. Karena harga satu batang bibit yang masih kecil senilai Rp1.000,” katanya. 

Meski separuh tanaman cabainya hilang, namun ia masih saja bersyukur dan bertekat untuk menjaganya hingga berbuat lebat. Ia menyebut jika salah satu petani lainnya mengalami kondisi yang jauh lebih buruk. Tanaman cabai yang siap panen itu tiba-tiba mati setelah disemprot pemusnah rumput. ”Tak tahu siapa yang melakukan. Semua tanaman cabainya mati kering. Petani jadi resah,” ungkapnya dan berharap agar pihak kepolisian merespons keluhan warga ini.(Tritus Julan/Koran SI/ram/suaranews)



Saatnyasantai.blogspot.com



selengkapnya klik disini ..

0 comments:

Posting Komentar

Gimana gan, blog ane keren kan???hehe, lebih keren lagi kalo agan sekalian ikutan komen disini, wah...pasti membawa berkah buat ane,hheee thanks gan, lagi santai???inget,saatnyasantai.blogspot.com

Blog Archive

Copyright 2010 Saatnyasantai
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger